DALIL-DALIL SEPUTAR DO'A
Sudah begitu lama, ingin agar harapan segera terwujud.
Beberapa waktu terus menanti dan menanti, namun tak juga impian itu datang.
Kadang jadi putus asa karena sudah seringkali memohon pada Allah. Sikap seorang
muslim adalah tetap terus berdo’a karena Allah begitu dekat pada orang yang
berdo’a.
Boleh jadi terkabulnya do’a tersebut tertunda. Boleh jadi pula Allah
mengganti permintaan tadi dengan yang lainnya dan pasti pilihan Allah adalah
yang terbaik.ORANG YANG BERDOA TIDAK PERNAH RUGI
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي
فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي
وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah[2]: 186)
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ أَنَّ
النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ
لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا
إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ
يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَن يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ
مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ «اللَّهُ أَكْثَرُ»
“Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada seorangpun yang berdoa dengan sebuah
doa yang tidak ada dosa di dalamnya dan memuutuskan silaturrahim, melainkan
Allah akan mengabulkan salah satu dari tiga perkara, baik dengan disegerakan
baginya (pengabulan doanya) di dunia atau dengan disimpan baginya (pengabulan
doanya) di akhirat atau dengan dijauhkan dari keburukan semisal atau sesuai
dengannya”, para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kalau begitu kami
akan memperbanyak doa” Beliau menjawab: “Allah lebih banyak (pengabulan
doanya)” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih At
Targhib wa At Tarhib, no. 1633).
إِنَّ
اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ
أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ
“Sesungguhnya Allah
itu sangat pemalu dan Maha Pemurah. Ia malu jika seorang lelaki mengangkat
kedua tangannya untuk berdoa kepada-Nya, lalu Ia mengembalikannya dalam keadaan
kosong dan hampa” (HR. Abu Daud 1488, At Tirmidzi 3556, di shahihkan
oleh Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ 2070)
DOA
ITU PALING MULIA
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه
وسلم- قَالَ « لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
»
“Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak
ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa.” (HR. At
Tirmidzi).
عَنْ
أَبِي نَعَامَةَ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُغَفَّلٍ، سَمِعَ ابْنَهُ يَقُولُ:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْقَصْرَ الْأَبْيَضَ، عَنْ يَمِينِ الْجَنَّةِ
إِذَا دَخَلْتُهَا، فَقَالَ: أَيْ بُنَيَّ، سَلِ اللَّهَ الْجَنَّةَ، وَتَعَوَّذْ
بِهِ مِنَ النَّارِ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ
فِي الطَّهُورِ وَالدُّعَاءِ»
Dari Abdullah bin Mughaffal radhiallahu ‘anhu, dia mendengar
anaknya tengah bermunajat dengan do’a: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu
istana putih di surga bagian kanan jika aku memasukinya.”
Abdullah bin Mughaffal pun mengoreksi anaknya, Wahai anakku, cukup engkau
meminta jannah kepada Allah dan meminta perlindungan kepada-Nya dari api
neraka. Sesungguhnya aku mendengar rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Akan ada sekelompok orang dari umat ini yang melampaui batas dalam
bersuci dan berdo’a.” (HR. Abu Dawud No. 96)
BERDOA DENGAN LAFADZH YANG SINGKAT DAN JELAS
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ الْجَوَامِعَ
مِنَ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَى ذَلِكَ.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat
menyukai berdo’a dengan do’a-do’a yang singkat dan padat namun makna-nya luas
dan tidak berdo’a dengan yang selain itu.” (HR. Abu Dawud no. 1482, Ahmad VI/148, 189 dan al-Hakim
(I/539). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahiih
al-Jaami’ish Shaghiir no. 4949).
NASIHAT IMAM AL-QURTUBIY
فَعَلَى الْإِنْسَانِ أَنْ يَسْتَعْمِلَ مَا فِي كِتَابِ اللهِ
وَصَحِيْحِ السُّنَّةِ مِنَ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَاهُ وَلاَ يَقُوْلُ
أَخْتَارُهُ كَذَا فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدِ اخْتَارَ لِنَبِيِّهِ
وَأَوْلِيَائِهِ وَعَلَّمَهُمْ كَيْفَ يَدْعُوْنَ
”Seyogyanya seorang menggunakan
do’a-do’a yang tercantum dalam Al Qur-an dan berbagai hadits yang shahih (valid
berasal dari nabi-peny) serta meninggalkan berbagai do’a yang tidak bersumber
dari keduanya. Janganlah ia mengatakan, “Saya telah memilih do’a sendiri (untuk diriku)”, karena Allah ta’ala telah memilihkan dan
mengajarkan berbagai do’a kepada nabi dan para wali-Nya (dalam Al Qur-an dan
sunnah nabi-Nya) ”. (Al Jami’ Li Ahkamil Qur-an 4/226.)
BERSUNGGUH-SUNGGUH & PERBANYAK DOA
إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ وَلاَيَقُوْلَنَّ
اللّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِيْ فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ.
‘Apabila salah seorang di antara kalian berdo’a maka
hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam permohonannya kepada Allah dan janganlah
ia berkata, ‘Ya Allah, apabila Engkau sudi, maka kabulkanlah do’aku ini,’
karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. al-Bukhari no. 6338 dan Muslim no. 2678)
إِذَا
تَمَنَّى أَحَدُكُم فَلْيُكثِر ، فَإِنَّمَا يَسأَلُ رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
“Barangsiapa yang
mengangankan sesuatu (kepada Allah), maka perbanyaklah angan-angan tersebut.
Karena ia sedang meminta kepada Allah Azza wa Jalla” (HR. Ibnu Hibban
no. 889, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 437).
Dari sahabat Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhuma :
المسألة أن ترفع يديك حذو منكبيك أو نحوهما والاستغفار أن تشير بأصبع
واحدة والابتهال أن تمد يديك جميعا
“Al
Mas’alah adalah dengan mengangkat kedua tanganmu sebatas pundak atau sekitar
itu. Al Istighfar adalah dengan satu jari yang menunjuk. Al Ibtihal adalah
dengan menengadahkan kedua tanganmu bersamaan” (HR.
Abu Daud 1489, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ 6694)
عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِي الْمَسْجِدِ، فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُونَ بِالْقِرَاءَةِ، فَكَشَفَ السِّتْرَ،
وَقَالَ: «أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ، فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ
بَعْضًا، وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ» ، أَوْ قَالَ:
«فِي الصَّلَاةِ»
“Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat
kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian
mengeraskan suara dalam membaca Al Qur’an,’ atau beliau berkata, ‘Dalam
shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, Ahmad, 430, dishahihkan oleh
Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).
JANGAN SEKEDAR MEMINTA DUNIA
Allah Ta’ala telah mencela
orang-orang yang hanya meminta kepada-Nya tentang urusan-urusan dunia. Allah Ta’ala
berfirman,
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا
لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ
”Maka di antara manusia ada orang yang berdoa,’Ya Tuhan
kami, berilah kami (kebaikan) di dunia’, dan tiadalah baginya bagian (yang
menyenangkan) di akhirat.” (QS. Al Baqarah [2]: 200).
Allah Ta’ala juga berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ
لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
”Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka
Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang
Kami kehendaki. Dan Kami tentukan baginya neraka jahannam, ia akan
memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (QS. Al Isra’
[17]: 18).
Allah Ta’ala memberikan pujian kepada orang-orang yang
menggabungkan dalam doanya antara meminta kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat sekaligus. Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201) أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ
الْحِسَابِ (202)
”Dan di antara mereka ada orang yang berdoa,’Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka’. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari
yang mereka usahakan. Dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Al
Baqarah [2]: 201-202)
WAKTU-WAKTU MUSTAJAB UNTUK BERDOA
Hadits dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا
تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى
ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِرِ يَقُوْلُ: مَنْ يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ
لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ.
“Rabb kita (Allah) turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang
terakhir seraya berfirman; ‘Barangsiapa yang berdo’a kepada-Ku saat ini,
niscaya Aku akan memperkenankannya, barangsiapa yang meminta kepada-Ku niscaya
Aku akan memberikannya, barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku
akan mengampuninya.’” [HR.
Al-Bukhari no. 1145, Muslim no. 758 dan at-Tirmidzi no. 3498]
Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اَلدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ
بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ فَادْعُوْا.
“Do’a yang dipanjatkan antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak,
maka berdo’alah.” [HR. Abu Dawud no. 521, at-Tirmidzi no.
212, Ahmad III/155 dan at-Tirmidzi berkata: “Hadits hasan shahih.” Syaikh
al-Albani menshahihkan dalam Shahiihul Jaami’ no. 3408).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثِنْتَانِ لاَ تُرَدَّانِ أَوْ
قَلَّماَ تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَ عِنْدَ الْبَأْسِ حِيْنَ
يُلْحِمُ بَعْضُهُمْ بَعْضاً.
“Dua waktu yang tidak akan ditolak (permohonan yang dipanjatkan di
dalamnya, atau sedikit kemungkinan untuk ditolak, yaitu do’a setelah
(dikumandangkan) adzan dan do’a ketika berkecamuk peperangan, tatkala satu dan
lainnya saling menyerang.”
[HR. Abu Dawud no. 2540, ad-Darimi no. 1200, Syaikh al-Albani menshahihkan
dalam Shahiihul Jami’ no. 3079].
Pada waktu sujud:
Dalilnya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ
رَبِّهِ وَ هُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ.
“Saat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabb-nya
adalah ketika dia sedang sujud (kepada Rabb-nya), maka perbanyaklah do’a (dalam
sujud kalian).” [HR. Muslim no. 482, Abu Dawud no. 875 dan
an-Nasa-i II/226 no. 1137]
Dalilnya:
فِيهِ سَاعَةٌ لاَيُوَافِقُهَا عَبْدٌ
مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّيْ يَسْأَلُ اللهَ تَعاَلَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ
إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا.
“Pada hari itu (hari Jum’at) terdapat
waktu-waktu tertentu, tidaklah seorang hamba berdiri melaksanakan shalat dan
berdo’a memohon sesuatu kepada Allah, melainkan Allah pasti akan
mengabulkannya. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan
isyarat dengan tangannya (yang menggambaran) waktu itu pendek.” [HR. Al-Bukhari no. 935 dan Muslim no.
852 (13)]
Do’a pada hari arafah:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ
عَرَفَةَ…
“Sebaik-baik do’a ialah do’a hari Arafah…” [HR. At-Tirmidzi no. 3585, Malik dalam al-Muwaththa’ no. 500, hadits
ini dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani di dalam Shahiihul
Jami’ no. 3274 dan Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 1503]
Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ
عِنْدَ النِّدَاءِ وَ تَحْتَ الْمَطَرِ.
“Dua waktu yang padanya sebuah permohonan (do’a) tidak akan
ditolak oleh Allah, do’a ketika setelah dikumandangkan adzan dan do’a ketika
turun hujan.” [HR. Al-Hakim II/114, Abu Dawud no. 3540.
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani menghasankannya dalam Shahihul Jami’ no.
3078]
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma ia
berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah yang sebaiknya aku baca pada
Lailatul Qadar?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Bacalah:
اَللّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ
العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ.
‘Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahapemberi maaf dan mencintai pemberian
maaf, maka maafkanlah aku.’” [HR. At-Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850. Dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jami’ no. 4423].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentar dengan Ilmu dan Sopan