HUKUM MANDI HAID/JINABAT SETELAH
FAJAR
Oleh: Ust. Hurna Wijaya Al-Khairi,
QH., MHI.
Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum wrwb.
Assalamu ‘alaikum wrwb.
Ustadz Yang tyg hormati, tyg Linda
dari KSB mohon penjelasan, Bagaimana hukum puasa seorang wanita yang berhenti
haid namun mandi haidnya setelah masuk waktu subuh?
Jawaban:
Waalaikumussalam wrwb.
Waalaikumussalam wrwb.
Jika ada seorang wanita berhenti haid
malam hari bulan suci ramadhan, lalu ia segera berniat untuk berpuasa sedang ia
tidak dapat mandi suci sebelum waktu imsak tiba, maka puasa wanita tersebut
sah, sebagaimana sepasang suami isteri yang berhubungan intim mejelang waktu
imsak ataupun seseorang yang mengalami ihtilam (mimpi basah) dan mandi
jinabatnya setelah tiba waktu shubuh.
Hal ini karena tidak ada persyaratan untuk berpuasa berupa tidak dalam keadaan jinabat. Hanya saja, sebaiknya sebisanya untuk menyegerakan mandi jika memungkinkan supaya dapat masuk beribadah puasa dalam keadaan bersih lagi suci.
Penjelasan tentang hal ini terdapat dalam ibarat kitab “Hasyiataa Al-Qalyubi wa ‘Umairah Juz I Hal. 115. (Ahmad bin Muhammad al-Qalyubi wa Ahmad ‘Umairah, Hasyiataa al-Qalyubi wa ‘Umairah, Surabaya:Dar Ihya Kutub al-‘Arabiyah, tt)
(فإذاانقطع) أي الحيض (لم
يحل قبل الغسل) مما حرم (غير الصوم والطلاق) فيحلان لانتفاء مانع الأول.
والمعنى الذي حرم له الثاني,...............الخ.
Dan apabila darah haid keluar, tidak boleh melakukan setiap hal yang haram dilakukan ketika haid sebelum mandi selain puasa dan thalaq, maka keduanya (puasa dan thalaq) telah halal sekalipun belum mandi, karena telah hilangnya pencegah yang pertama. ……. Dst.
---------------------
CHATING PENGGUGUR PAHALA PUASA
DAN CIRI-CIRI MANI
Assalamu'alaikum wrwb
ust..Bgaimna hkumnya jka seorg
wnita kluar cairn akibt mnlpon dg laki2 pd buln puasa..Apkh hkumnya hram..??
dan cairn itu trmsuk mni atau bukn...N jka bukn apkh mwjibkn mndi...???
(Hamba Allah, via Inbok)
Waalaikumussalamwrwb.
Pekerjaan chating sebagaimana yang ditanyakan oleh penanya adalah chating yang telah melampaui batas. Hal ini terkategori sebagai sesuatu yang haram, terlebih jika dilakukan pada bulan suci ramadhan dan sedang berpuasa pula, maka pahala puasanya gugur. Keduanya tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga. Hal ini karena termasuk dalam sabda Nabi SAW:
Pekerjaan chating sebagaimana yang ditanyakan oleh penanya adalah chating yang telah melampaui batas. Hal ini terkategori sebagai sesuatu yang haram, terlebih jika dilakukan pada bulan suci ramadhan dan sedang berpuasa pula, maka pahala puasanya gugur. Keduanya tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga. Hal ini karena termasuk dalam sabda Nabi SAW:
من لم يدع قول الزور وعمل به فليس لله حاجة الى ان يدع طعامه وشرابه (رواه الترمذي
"Barangsiapa yang tiada
meninggalkan kata-kata kotor, dan justru melakukannya, maka tiada berguna
disisi Allah swt ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. At-Tirmizi)
Penanya yang kami hormati!
Mengenai apakah itu termasuk
mani atau tidak, maka lihatlah ciri-cirinya. Ciri-ciri tersebut adalah muncrat,
disertai rasa nikmat, beraroma seperti serbuk kurma dan disertai memuncaknya
syahwat. Salah satu saja ciri di atas terpenuhi maka ia dihukumi mani, jika
semua ciri itu tidak ditemukan maka bukan mani. Misal keluarnya nikmat tetapi
berbentuk darah maka ia tetap dihukumi mani. Hal ini sebagaimana dijelaskan
dalam Hasyiah Syibramalisy Juz 2 hal. 6:
ويعرفُ ) المنيّ ( بتدفّقه ) وهو خروجه بِدفعات
، قال تعالى { من ماء دافق } ( أو لذّة ) بالمعجمة ( بِخروجِه ) أيْ وجدانهَا وإنْ
لَمْ يتدَفّقْ لقلّته ويلْزمه فتور الذّكرِ وانكسار الشّهوة غالبا ( أو ريح عجين )
وطلع نخل ( رطبا وبياض بيض جافّا ) وإن لمْ يتدفّقْ ويلتذّ به كأن خرج ما بقي منه بعد
الغسل فأيّ صفة من الثّلاث وجِدت كفَت إذ لا يوجد شيء منها في غيره ، وقوْله رطبا
وجافّا حالان من الْمنيِّ لا من العجِين وبياض البيض ، وَلَا أثر لثَخانة أَوْ
بياضٍ في منيِّ الرَّجل وَلا ضدَّ ذلكَ في منيِّ المَرْأة ( فإنْ فقدَتْ الصّفَاتِ ) أَيْ
الخوَاصِّ الْمذكُورة ( فلا غسلَ ) لأنّهُ ليسَ بمنيّ
"Dan diketahui mani itu
dengan ciri-ciri sebagai berikut yaitu: Keluarnya secara muncrat berdasarkan
firman Allah “Dari air yang muncrat/sperma”. Keluarnya disertai rasa nikmat
(walaupun mungkin tidak harus disertai muncrat saking sedikitnya yang keluar,
dan lazimnya disertai dengan kehangatan batang kemaluan serta memuncaknya
birahi. dan berbau seperti adonan roti atau serbuk kurma. Baik mani tersebut
keluarnya basah atau berwarna putih kering, meskipun tidak tidak disertai
muncrat atau kelezatan saat keluarnya seperti sisa-sisa sperma yang keluar
setelah mandi besar. Bila ditemukan salah satu ciri di atas maka sudah cukup
menghukumi keberedaan ‘sperma’ atas cairan yang dikeluarkan oleh seseorang
sebab ciri di atas tidak terdapati pada cairan selain mani. Tidak berpengaruh
pada sperma seorang pria akan kekentalan dan warna putihnya. Sperma Wanita
dalam ciri-ciri di atas tidak menyalahi (berbeda) dengan sperma pria. Bila
tidak terdapati ciri-ciri diatas maka tidak diwajibkan seseorang mandi besar
karena cairan yang keluar dapat dipastikan bukanlah sperma."
Penanya yang kami muliakan!
Jika tidak ada ciri tersebut, maka itu bukan air mani sehingga tidak wajib baginya untuk mandi jinabah. Wallahu ta'ala a'lam.
Ikuti "Tanya Jawab seputar Ramadhan" di Radio Dewi Anjani
(FM. 104.6). Bisa juga melalui live streaming di www.dewianjanimedia.com
Pertanyaan bisa dikirim
melalui Inbok Hurnawijaya Al-Khairy
atau Lalu Ramly Skm. Bisa juga
melalui SMS/WA 081917586847
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentar dengan Ilmu dan Sopan