TIDUR DIAM SAJA IBADAH BAGI YANG BERPUASA, APALAGI BERGERAK.
Pilih mana, uang banyak
atau uang sedikit? Pastinya yang banyaklah.
Pilih mana, hadiah ukuran besar atau ukuran kecil? Pasti yang besarlah
Pilih mana, emas atau perunggu? Pasti emaslah.
Sekali lagi pilih mana, pahala besar atau kecil? Pasti yang besarlah.
Pilih mana, hadiah ukuran besar atau ukuran kecil? Pasti yang besarlah
Pilih mana, emas atau perunggu? Pasti emaslah.
Sekali lagi pilih mana, pahala besar atau kecil? Pasti yang besarlah.
Benar
sekali. Setiap insan yang masih sehat wal 'afiat logikanya, alias waras tidak
miring pasti akan memilih yang besar, lebih berharga dan lebih menguntungkan
bagi dirinya dan golongan.
Namun,
ada yang aneh bin ajaib terjadi di sekeliling kita. Khususnya pada bulan
ramadhan. Dimana orang-orang muslim diwajibkan berpuasa satu bulan penuh. Salah
satu kebiasaan yang paling divaforitkan selama bulan penuh berkah ini
berlangsung adalah tidur. Tidur yang lebih panjang dibanding bulan-bulan
lainnya.
Para
pelaku kebiasaan ini menggunakan dalil "tidurnya orang puasa adalah
ibadah". Mereka sangat neyakini bahwa merebahkan badan ditempat tidur
dicatat sebagai amal kebaikan.
Tidak
salah memang, tapi dalam pandangan saya mereka sesungguhnya dalam keadaan
merugi dan tak beruntung. Gimana tidak, saat mereka tidur dengan waktu yang
lebih lama sesungguhnya pada saat yang sama, mereka sedang mengabaikan
aktivitas-aktivitas yang lebih bermakna, produktif dan bermafaat.
Daripada
tidur, bukankah kebaikan membaca qur'an pasti jauh lebih besar. Daripada tidur,
bukankah bekerja disawah (bagi petani) pasti jauh lebih membawa keberkahan.
Daripada tidur, bukankah berangkat dan belajar ke sekolah (bagi siswa) pasti
jauh kebih membawa pahala kebaikan bagi pelakunya. Daripada tidur, bukankah
membaca dan belajar (bagi pelajar) akan membawa faedah berkah yang jauh lebih
luar biasa. Daripada tidur, bukankah membantu pekerjaan orang tua pasti jauh
lebih membawa faidah bagi keluarga.
Apa
kita masih mau memilih "ibadah" tidur seharian yang keberkahannya
sangat sedikit dibanding melakukan aktivitas yang jelas jauh lebih luar biasa
bermanfaat dan menghasilkan bagi hidup kita. Apa kita masih dianggap bisa
berfikir sehat jika lebih senang menerima yang sedikit daripada yang jauh lebih
besar? Sementara keduanya bebas dihamparkan dihadapan kita untuk dipilih dengan
gratis.
#Jawabnya cukup dalam hati saja.
JANGAN KARENA PUASA, ANDA ....
Jangan
suka mengkambing putihkan, eh maksudnya mengkambing hitamkan puasa.
Jika
sebagai pegawai. Jangan karena puasa, etos kerja kita menjadi mundur.
Menganggap puasa sebagai alasan boleh agar jam kerja diringankan. Tanggungjawab
boleh diabaikan. Jam pulang dibuat bolos karena alasan tak bertenaga akibat
menjalankan puasa.
Jika
sebagia siswa. Jangan karena puasa, terus boleh tidur-tiduran semaunya. Belajar
menjadi ogah-ogahan dan terlambat datang ke sekolah. Berasalan tidak bisa
konsentrasi saat belajar karena sedang berpuasa.
Jika
sebagai Guru, jangan karena puasa, terus kita boleh terlambat dengan senang ria
datang ke sekolah dengan alasan telat bangun tidur. Lagi-lagi telatnya minta
dimaklumi karena sedang berpuasa. Tugas soal semester belum dibuat karena tak
bertenaga akibat menjalankan puasa.
Jika
sebagai pemimpin, jangan karena puasa, terus boleh mewakilkan tugas kerja ke
bawahan karena tidak masuk akibat tak bertenaga karena berpuasa. Tanpa
memperhatikas tugas wajib yang sedang diamanahkan oleh rakyat dan negara.
Kalau
perlakuan kita seperti ini ke puasa, kasian sekali sama puasa. Andai saja puasa
bisa berucap, pasti dia tidak akan pernah mau terima, bahkan mungkin bisa jadi
dia akan bawa "kasus" ini ke meja hijau/pengadilan. Gimana tidak
dilakukan, dia tidak pantas dipersalahkan dan tidak ada alasan pula untuk menyalahkannya.
#Selamat menunaikan ibadah shalat tarawih. Semoga Allah menerima
puasa kita hari ini dan seterusnya. Amiiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentar dengan Ilmu dan Sopan