BERKENALAN DENGAN MALAIKAT
Oleh:
Wildan Kurnia Saputra
Nama ‘malaikat’ tentunya sudah tidak asing
lagi bagi kita sebagai muslim. Bahkan non muslim sekalipun setidak-tidaknya pernah mendengar
nama ini. Penggunaan kata malaikat dalam bahasa Indonesia biasanya dianggap
berbentuk tunggal yakni ‘malaikat’.
Maksudnya satu malaikat. Sedangkan dalam bahasa arab malaikat adalah bentuk jamak dari kata malak yang artinya ‘kekuatan’. Ada juga yang berpendapat bahwa ‘malaikat’ berasal dari ‘aalak’ yang mashdarnya ‘al-aluukah’. Artinya risalah (misi atau pesan). Karena itu dalam Al-Qur’an juga ditemukan kata ‘arrasul’ (utusan-utusan) yang merujuk pada ‘malaikat’
Maksudnya satu malaikat. Sedangkan dalam bahasa arab malaikat adalah bentuk jamak dari kata malak yang artinya ‘kekuatan’. Ada juga yang berpendapat bahwa ‘malaikat’ berasal dari ‘aalak’ yang mashdarnya ‘al-aluukah’. Artinya risalah (misi atau pesan). Karena itu dalam Al-Qur’an juga ditemukan kata ‘arrasul’ (utusan-utusan) yang merujuk pada ‘malaikat’
Dari beberapa pengertian secara bahasa ini
diketahui bahwa malaikat adalah makhluk yang membawa pesan atau perintah dari
Tuhan. Yang dalam hal ini ialah Allah SWT.
Adapun pengertian menurut istilah yang
dipahami dalam agama Islam, malaikat adalah tentara Allah. Tuhan menganugerahkan kepada
mereka akal dan pemahaman, menciptakan bagi mereka naluri untuk taat serta
member mereka kemampuan untuk merubah diri ke dalam berbagai bentuk yang indah
dan kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berat. Begitulah
kurang lebih kata Muhammad Sayyid Thanthawi, mantan mufti mesir, dalam bukunya
al-Qishash Fi al-Qur’an (Kisah-kisah dalam al-Qur’an).
Menurut Muhammad Abduh malaikat adalah
makhluk-makhluk ghaib yang tidak diketahui hakikatnya, tetapi harus dipercaya
wujudnya. Juga tidak jauh beda dengan apa yang dikatakan Sayyid Sabiq; Malaikat
adalah makhluk halus yang samar dan tidak bias di panca indra. Malaikat tidak
berwujud fisik yang dapat ditangkap oleh indra. Mereka termasuk makhluk di luar
alam yang ril atau tidak dapat dilihat. Tak ada yang mengetahui hakikatnya kecualu
Allah SWT.
Definisi yang diajukan para agamawan
tersebut tidaklah kontradiksi melainkan saling melengkapi satu sama lain. Untuk
itu apapun definisinya, yang jelas malaikat adalah hamba-hamba Allah,
makhluk-makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya, yang dimuliakan dan didesain
khusus untuk taat dan beribadah kepada-Nya. Yakni, ibadah dalam arti selalu
patuh terhadap tugas yang diperintahkan kepada mereka oleh Allah. Ada Malaikat
yang diperintahkan hanya untuk sujud sampai hari kiamat. Ada malaikat yang
disuruh mengatur ini dan itu yang mereka tidak pernah enggan dalam melaksanakan
tugas-tugasnya. Karena memang para Malaikat tersebut tidak memiliki nafsu. Dan
dipastikan tidak aka nada keinginan mereka untuk melanggar apa yang
diperintahkan oleh-Nya. Iya, karena mereka sudah dirancang untuk seperti itu.
Malaikat adalah makhluk yang diistimewakan
dari makhluk-Nya yang lain. Mereka hanya diberi akal dan tidak diberi nafsu.
Karenanya, malaikat akan selalu menjalankan perintah dan mentaati-Nya tanpa cela
dan tanpa jeda. Begitulah terekam dalam al-Qur’an ketika Allah SWT menyinggung
tentang malaikat.
Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan
(malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk
menyembah-Nya dan tidak pula merasa letih. Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih
tidak henti-hentinya malam dan siang (
QS. al-Anbiya’: 19-20)
QS. al-Anbiya’: 19-20)
Dan mereka berkata,
“Tuhan Yang Maha Pengasih telah menjadikan (malaikat) sebagai anak”. Mahasuci
Dia. Sebenarnya mereka (para malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. (QS. al- Anbiya’: 27)
Umat manusia dalam agama-agama samawi
sejak dahulu kala sampai sekarang mengakui dan tidak berselisih tentang
keberadaan malaikat.
Begitu juga orang-orang jahiliyah di Arab Pra Islam. Sejarah mencatat bahwa
sebagian mereka ada yang menyembah malaikat. Akan tetapi, interpretasi malaikat antara pengikut
nabi yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Bahkan, ada sebagian orang yang
mengingkari keberadaan para malaikat dengan tidak memepercayai jisim mereka. Mereka hanya
berkeyakinan bahwa malaikat adalah sekedar kiasan dari kekuatan
maknawi, yaitu kekuatan baik yang tersembunyi dalam diri setiap makhluk.
Sungguh !ini adalah pemahaman yang sesat.
Mengenai wujud malaikat, ditegaskan bahwa
mereka bukan sekedar sifat atau kiasan yang berupa kekuatan baik, ditemukan
berbagai penjelasan dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah yang Insyaallah akan dibahas secara khusus pada Bab lain dari buku
ini. Dan inilah yang diyakini oleh seluruh umat Islam.
Di lain hal, Orang-orang musyrik Jahiliyah
berkeyakinan bahwa para malaikat adalah anak-anak perempuan Tuhan. Akan tetapi Allah SWT
tidak membenarkan aqidah mereka ini, dan telah dibantah dalam firman-Nya yang
diabadikan dalam al-Qur’an.
Atau apakah Kami
menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan sedangkan mereka
menyaksikan(nya) ?. Ingatlah, sesungguhnya di antara kebohongan-kebohongannya
mereka benar-benar mengatakan, “Allah mempunyai anak”. Dan sungguh, mereka
benar-benar pendusta. (
QS. ash-Shafaat: 150-152)
QS. ash-Shafaat: 150-152)
Mereka tidak berbicara
mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (QS. Al-Anbiya’:
26)
Makhluk Allah yang satu ini sangatlah
banyak jumlahnya. Tidak diketahui secara pasti, hanya Allah saja yang tahu.
Yang jelas jumlah mereka melebihi jumlah manusia seluruhnya. Bagaimana tidak,
mereka adalah hamba-hamba Allah yang diwakilkan kepadanya semua urusan makhluk.
Dengan kata lain merekalah yang mengurus semua makhluk yang ada di hamparan bumi-langit, surga dan neraka, termasuk manusia.
Jadi, mereka –para malaikat- mempunyai hubunga erat dengan seantero jagat raya
khususnya manusia. Mereka mengatur semuanya atas izin Allah SWT. Bahkan
semenjak manusia masih berupa sperma.
Adiba A. Soebachman dalam bukunya “Story
of Malaikat dan Malaikat Punya Banyak Cerita” hlm.12, menjelaskan hubungan
ini dengan mengutip dari kitab “Ighatsatul Lahfan” karangan Imam Ibnul
Qayyim. Beliau berkata; “…Mereka diserahi urusan penciptaan manusia dari satu
fase ke fase yang lain, mulai dari pembentukannya; penjagaannya dalam tiga
lapis kegelapan (yaitu pembungkus janin pada rahim; dua khusus janin dan ketiga
khusus rahim. Ketiga lapis itu adalah saqith, kuriyan, dan aminus. Ketiganya
berfungsi mencegah suara, cahaya dan panas sampai kepada janin), penulisan
rizki, amal, ajal, nasib celaka dan bahagia; menyertai manusia dalam segala
ihwalnya; perhitungan ucapan dan perbuatannya; penjagaannya dalam hidupnya;
pencabutan ruhnya ketika meninggal; pembawa ruhnya ketika meninggal; pembawa
ruhnya ketika untuk diperlihatkan kepada penciptanya.
Para malaikatlah yang ditugasi mengurus
adzab dan nikmat dalam alam barzah dan sesudah kebangkitan. Mereka ditugasi
membuat alat-alat kenikmatan dan adzab. Mereka meneguhkan (iman) bagi hamba
yang mukmin dengan izin Allah, yang mengajarkan baginya apa yang bermanfaat,
dan yang berperang membelanya. Merekalah para
walinya (penolongnya) di dunia dan di akhirat.
Mereka, para palaikat tersebut, memberi kabar gembira dengan
karomah Allah ketika manusia tidur, mati dan ketika dibangkitkan. Merekalah
yang membuat manusia zuhud di dunia dan menjadikannya cinta kepada akhiratnya.
Mereka yang mengingatkan manusia ketika ia lupa, yang menggiatkannya ketika ia
malas, dan menenangkannya ketika ia panik.
Merekalah yang mengupayakan kebaikan dunia
dan akhirat. Merekalah para utusan Allah dalam mencipta dan mengurus manusia.
Mereka adalah safir (duta) penghubung antara Allah dan hamba-Nya. Turun dengan
perintah dari sisi-Nya di seluruh penjuru alam, dan naik kepada-Nya dengan
perintah (membawa urusan).”
Begitu juga dengan hewan, tumbuhan dan
semua isi alam ini. Merekalah - Para Malaikat- yang mengurusnya.
Mengatur kadar hujan yang turun, mengatur proses berfotosintesisnya daun pada
tumbuhan, menentukan jumlah buah pada pohon, menentukan baik dan buruknya
tanaman, mengatur kadar makanan bagi hewan, kadar air susu mereka, dan
seterusnya dan seterusnya. Tentunya semua itu atas dasar perintah dari Allah
yang lumrahnya disesuaikan dengan hukum kausalitas-Nya.
Adapun iman kepada Malaikat Allah
merupakan salah satu dari rukun iman yang enam, tepatnya pada poin kedua. Umat
Islam secara pasti harus meyakini bahwa Allah SWT mempunyai malaikat yang
diciptakan dari nur atau cahaya, tidak pernah mendurhakai dan selalu
mengerjakan setiap perintah yang dibebankan kepada mereka. Niscaya kafirlah
orang-orang yang menafikan wujud dan keberadaan malaikat ini.
Kemudian, Para
Malaikat juga memiliki banyak sifat-sifat yang baik sesuai asal penciptaannya
yakni cahaya. Maka sangatlah logis jika mereka mempunyai sifat-sifat yang baik
nan agung. Mereka selalu
bertasbih siang dan malam tanpa jeda sedikitpun (QS. alAnbiya’: 20), selalu
takut dan taat kepada Allah (QS. Al-Anbiya’ 27-28), tidak pernah maksiat dan senantiasa
tunduk terhadap ketetapan-Nya (QS. At-Tahrim:6). Para malaikat diberi kelebihan untuk
bisa berubah wujud (QS. Maryam: 16-17), Mereka memiliki kekuatan dan
kecepatan melebihi cahaya (QS. al-Ma’aarij: 4), mempunyai sifat malu, tidak makan dan minum, tidak suka dengan anjing,
patung dan bau yang tidak sedap, serta suci dari sifat manusia dan jin, seperti mempunyai hawa
nafsu, bisa sakit, tidur, bercanda dan lainnya
Itulah sebagian sifat para malaikat yang
diberikan Allah. Dan mengenai sifat Malaikat Malik (penjaga neraka) yang
kasar dan kejam, sungguh ini tidak kontradiksi dengan pemaparan di atas. Kenapa
? Karena Malik memang sudah diperintah untuk bermuka masam, menakutkan, kasar,
kejam dan lain sebagainya. Hal yang sama juga terjadi pada malaikat Munkar dan
Nakir. Ini mengindikasikan bahwa para malaikat punya tabiat atau ciri
masing-masing yang sudah Allah tetapkan atas mereka. Karena itu secara umum kita
katakana bahwa sifat malaikat Allah adalah taat dan patuh kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentar dengan Ilmu dan Sopan